Sabtu, 04 Juli 2009

Perjalanan Tanpa Restu

Ingin sekali aku berlibur bersama teman-teman sekolahku, karena semasa aku sekolah belum pernah aku berlibur bersama teman-teman, dan aku hanya bisa mendengar cerita dari mereka setelah kembali masuk sekolah. Aku sudah duduk dibangku kelas 2 SMA 5 tapi semua masih harus diatur sama ibu, apa karena aku anak tunggal? Ibuku selalu memanjakan aku dari makan sampai segala keperluanku dipersiapkan oleh ibu. Aku anak tunggal bukan berarti aku harus selalu diperlakukan seperti anak kecil yang belum tau apa-apa, memang sejak lahir aku mempunyai kelainan jantung, dan setiap 1 bulan sekali aku dan ibu harus memeriksakannya kedokter.

Keluargaku tak seperti keluarga teman-temanku, walaupun kami hidup berkecukupan, tapi percuma rasanya kalau hanya aku dan ibu yang bisa terus bersama, sedangkan ayah selalu sibuk, dan mengukur semuanya dengan uang. Segalanya hanya dengan uang, padahal yang aku dan ibu perlukan hanya keberadaannya ditengah-tengah kami. Entah apa yang yang dilakukan ayah sampai-sampai melupakan kami, yang ada hanya limpahan materi yang selalu ayah berikan.

Tidak terasa libur sekolah sebentar lagi, aku berniat ingin meminta pada ibu agar aku bisa ikut berlibur bersama teman-temanku. Ingin sekali ujian semester ini cepat selesai karena hari ini hari terakhir ujian. Setelah bell berbunyi aku segera mengumpulkan lembar jawaban ujianku, dan berkemas secepat mungkin aku bisa sampai kerumah dan meminta izin kepada ibu. Setelah sampai dirumah ibu yang sangat kusayangi menyambutku dengan senyumannya.

- Ibu : “ kita makan siang bareng ya, cepat ganti baju pakaian dulu “
- Aku : “ iya bu “ segera aku memasuki kamar dan ganti pakaianku.

Sambil makan siang ibu menanyakan ujian terakhirku disekolah, dan gimana keadaanku hai ini.

Setelah makan siang selesai aku mengikuti ibu berjalan menuju ruang keluarga, dimana tempat kami untuk menonton TV. Dan secepat mungkin aku ingin meminta izin kepada ibu untuk berlibur bersama teman-teman.

- Aku : “ Ibu…. boleh tidak saya ikut liburan bersama teman-teman nanti? ”
- Ibu : “ Ibu tidak mau kamu kenapa-kenapa nantinya, kamu kan sakit “
- Aku : “ Tapi bu saya belum pernah ikut bersama teman-teman bu…. “
- Ibu : “ Nanti kita liburan sama ibu aja ya, daripada sama temen-teman kamu?”

Aku hanya bisa terdiam, aku tidak bisa lagi membujuk ibu untuk memberikan izin kepadaku, sudah aku duga sebelumnya pasti tidak ada izin dari ibu.

Liburan bersama teman-teman tinggal 2 hari lagi, segala persiapan yang akan aku bawa sudah kupersiapkan semuanya, aku berniat untuk ikut bersama teman-teman walaupun ibu tidak memberikan izin kepadaku.

Terakhir aku meminta izin kepada ibu, tapi ibu tetap saja tidak memberikan izinnya, padahal aku hanya ingin sekali ini saja unuk ikut bersama teman-temanku. Dan keesokan paginya aku berpamintan kepada ibu walaupun tidak mendapat izin.

- Ibu : “ Mau kemana kamu? “ Ibu kaget dengan segala persiapanku.
- Aku : “ Saya mau pergi sama teman-teman bu “
- Ibu : “ Ibu kan sudah bilang tidak boleh “
Ibu nampak kesal melihatku tak menghiraukannya.
-Aku : “ Kali ini aja bu...... “
Aku mencium tangan dan pipi ibuku lalu pergi meninggalkannya, ibu pun tak mampu berbuat apa-apa lagi dengan kepergianku.

Aku menoleh melihat ibu dibelakang, takut kalau ibu marah atas perlakuanku. Tapi aku sangat senang ketika ibu memberikan senyuman, dan lambaian tangannya kepadaku, akupun membalas senyuman dan lambaian tangannya.

Akupun berlari menuju Bus yang sengaja kami sewa untuk mengantar kami, teman-teman senang aku bisa ikut kali ini, akupun sangat senang bisa bersama teman-teman liburan kali ini.

3 jam dalam perjalanan yang sangat melelahkan, dari Tenggarong Menuju Balikapan, maka sampailah kami ditempat tujuan untuk berkemah, dan kamipun segera mendirikan tenda untuk beristirahat.

Tak terasa sudah 2 minggu aku bersama teman-teman, jalan-jalan, ke pantai, dan ketempat rekreasi lainnya. Kangen ingin bertemu dengan ibu kembali dirumah. Kamipun sudah mulai berkemas dan ingin segera pulang kerumah.

Aku senang ketakutan ibu akan penyakitku, itu tidak benar, buktinya aku bisa bertahan bersama teman-temanku walaupun aku harus minum obat sesuai dengan anjuran dokter. Dan ingin sekali aku berbagi cerita kepada ibuku mengenai libranku bersama teman-temanku kali ini.

Kamipun senang sudah bisa melihat kembali Kota Tenggarong, karena ada sedikit hambatan maka kamipun terlambat 2 jam sampai kerumah.

Karena teman-teman ingin mampir kerumah daingin bertemu dengan ibuku maka kami langsung menuju rumahku, karena teman-teman memang biasa berkumpul bersama ibuku.

Ketika sampai dirumah, teman-teman senang karena mereka pikir ada acara dirumah dan dapat segera makan siang pikir mereka, sebenarnya aku bingung kenapa ibu tidak memberi tahuku kalau ibu mengadakan acara dirumah, padahal ibu bisa saja telpon aku kalau ibu mau mengadakan acara sebesar ini.

Aneh kali ini pandangan semua orang mengarah kepadaku dan teman-temanku. Perlahan aku masuk kedalam rumahku, entah apa yang bisa membuatku terdiam pada saat itu, sepatah katapun tak keluar dari aku dan teman-temanku, aliran darahku naik kekepala ketika aku melihat ibuku tertidur pulas dan dikelilingi oleh tetangga, dan keluarga ibuku.

Aku : “ Ibu kenapa? Ada apa ini? “
Tak ada seorangpun yang menjawab pertanyaanku

Teman-temanku memelukku dan air mataku pun tak lagi terbendung ketika melihat keadaan ibuku yang tertidur pulas. Semua orang hanya bisa tertunduk melihatku.

Aku : “ Apa kalian bisu semua? “
Aku berteriak sekeras mungkin sambil meneteskan air mataku!!!

Aku : “ Kenapa kalian tdak bisa menjawab pertanyaanku “
Sambil menangis disisi ibuku……….

Seseorang mengajakku untuk mengikutinya, entah siapa dirinya aku hanya menurut saja, karena aku tidak tau apa yang harus aku lakukan sekarang. Perlahan dia mengatakan kalau ibuku ditemukan dalam keadaan tertidur didalam rumah ( Meninggal dunia ) ia memintaku agar bisa menerimanya.

Aku : “ Bagaimana mungkin aku bisa menerimanya “
Sudah tak kunjung pada makin menjadi-jadi.

Aku : “ Aku menyesal sekali kenapa harus ibu yang meninggalka aku “

Aku hanya bisa menyesali, hanya bisa menangis, teriakanku tak bisa terbendung lagi, dan apa gunanya aku menyesali ini.

Seseorang yang sangat aku sayangi meninggalkan aku ketika aku ingin berbagi cerita kepadanya, apa arti kesenanganku ini kalu ibu yang sangat menyayangi aku telah meninggalkan aku. Sosok ayah yang seharusnya menjaga dan merawat keluarga pun tak kunjung kutemui pada saat itu.

Lantas apa bedanya aku dengan ayahku??

Aku hanya mementingkan kepentinganku sendiri dari pada ibu yang telah mengandung, melahirkanku, merawatku, dan menjagaku selama ini.

Ayahku yang ditunggu kini telah datang ketika jasad ibuku sudah dimandikan dan aka di sholatkan. Terlihat penyesalan yang mendalam dalam dirinya ketika memelukku.

Ingin sekali aku menghajar dan membinasakannya, tapi aku tak jauh beda dengan ayahku, atas kejadian ini murni kesalahanku yang pergi tanpa restu ibuku.

Dan kamipun menghantarkan jasad ibu kepemakaman, yang ada hanya tangisanku, dan teriakan penyesalanku atas apa yang pernah kuperbuat selama ini sering sekali menyakitkan hati ibuku, sampai akhirnya ibu kini tak ada lagi dari hidupku.

Tak bisa aku menerima semua ini, kesenangan yang kurasakan bersama teman-temanku tak ada artinya lagi tanpa adanya ibu.

Maafkan aku ibu, aku tak tau kenapa semua ini bisa terjadi.

Apa arti senyumanmu ibu ketika aku pergi meninggalkanmu ibu?

Apakah kau memaafkan ku ibu?

Apa yang bisa aku lakukan sekarang ibu? agar kau bisa memaafkanku?

Aku yang menyakitimu hingga kau meninggalkanku ibu….

Kenapa Tuhan tidak mengambil nyawaku?

Kenapa mesti ibuku?

Aku saying kamu ibu, hanya do’a yang kini kupersembahkan kepadamu…..

Kini hanya aku bersama ayahku, ayah pun meninggalkan segala kesibukannya demi aku, dan aku tak akan mengulang kesalahanku yang pernah aku lakukan kepada ibuku.

Seandainya waktu bisa kembali, aku akan menyayangi, memberikan segala perhatianku hanya untukmu ibu…………….

1 komentar:

  1. Apakah ini pengalaman pribadi?
    Tulisan anda sunggu bermanfaat.......

    BalasHapus